
Saya nyaris yakin bahwa Sahabat pasti bisa mengendarai sepeda. Roda dua maksud saya. Saya mengajak Sahabat berkelana ke masa lalu. Mari...
Sahabat pasti masih ingat bagaimana indahnya masa-masa itu. Masa kanak-kanak ketika kita merasa begitu bebas dan merdeka menjelajahi pelosok kampung kita, atau malah ke kampung-kampung tetangga, dengan bersepeda.
Salah satu kenangan terindah kita, berasal dari masa-masa itu. Entah Sahabat tinggal di perkotaan, di kompleks perumahan, di dekat pasar, atau di desa, bersepeda menyusuri pematang sawah barangkali.
Masih ingatkah Sahabat, tentang segala hal yang Sahabat alami sebelum masa-masa indah itu bisa Sahabat nikmati?
Maksud saya, saat kita baru belajar menaiki sepeda. Saat kita dilanda gelora emosi karena belum juga bisa mengendalikan dan menyeimbangkan posisi bersepeda. Saat itu, kita melakukan begitu banyak kesalahan. Inilah di antara kesalahan yang pernah saya buat kala itu:
1. Jatuh ke selokan.
2. Menabrak pagar rumah orang.
3. Nyelonong keluar dari gang dan menyeruduk mobil lewat.
4. Menabrak sepeda teman.
5. Terpeleset pasir.
6. Rem blong.
Anda tambahkan sendiri pengalaman Anda.
Saat itu, setahu saya, belum banyak helm pengaman di jual. Apalagi pengaman siku dan lutut seperti yang banyak beredar sekarang. Masih bagus, jika waktu itu sepeda Sahabat punya rem yang berfungsi dengan sangat baik.
Saya sendiri, pernah belajar dengan sepeda yang tidak punya rem. Waktu itu, cara saya menghentikan sepeda adalah dengan menekan sandal jepit saya langsung ke roda depan. Ha...ha...ha.. berhenti juga, walaupun overshoot (landing melebihi batas landasan).
Dengan segala kesalahan dan blunder yang saya lakukan itu, banyak yang terjadi pada diri saya:
1. Lecet dan keseleo.
2. Lutut memar.
3. Tulang kering luka dan terkelupas.
4. Sikut carut-marut.
5. Kadang ya benjol juga jidat.
6. Dimarahi orang, ini pasti.
Belum lagi menangis, atau berkelahi berebut sepeda, dan diomeli orang tua atau tetangga.
Lagi, Sahabat bisa tambahi daftar ini.
Masihkah Sahabat ingat bagaimana rasanya, pedal sepeda yang memantul dan menutuk ke tulang kering Sahabat?
Masihkah Sahabat ingat bagaimana rasanya, terjerembab dengan telapak tangan menggelosor di atas aspal berpasir? Masih ingatkah Sahabat bagaimana rasanya malam hari setelah kejadian semacam itu? Telapak tangan yang terasa begitu panas dan berdenyut semalaman? Bisa jadi, Sahabat merasakannya sembari berlinang air mata dan terisak-isak.
Jawab pertanyaan saya, apakah semua kesalahan dan blunder itu, membuat Sahabat berhenti belajar naik sepeda?
Mengapa?
Ya! Tepat sekali, Sahabat ingin bisa.
The power of dream!
Kekuatan impianlah yang membuat Sahabat tetap berjuang dan belajar keras. Sampai bisa.
Kini, hari ini, saya yakin bahwa semua kesalahan dan blunder dari masa-masa itu, justru menjadi bagian dari keindahan itu sendiri. Setuju?
Jawab lagi pertanyaan saya. Kok bisa, kekuatan impian Sahabat begitu besarnya?
Ini rahasianya.
Ketika Sahabat kecil, Sahabat masih polos. Sahabat belum banyak dicekoki dan "diracuni" oleh berbagai pengertian dan pemahaman tentang benar atau salah, dan tentang baik atau buruk.
Saat itu, Sahabat sangat yakin dalam menyikapi segala kesalahan dan blunder yang terjadi. Di mata Sahabat, semua kesalahan dan blunder adalah semata-mata "kesalahan teknis".
Sejalan dengan usia dan pendidikan Sahabat, Sahabat mulai menyusun dan mengorganisir berbagai konsep dan pemahaman tentang salah, benar, baik, dan buruk. Tentang moralitas dan idealisme kehidupan. Sampai hari ini.
Ternyata, tanpa Sahabat sadari, Sahabat mulai merumuskan sebuah konsepsi baru tentang kesalahan, yaitu "kesalahan moral". Dan yang sangat sering terjadi, adalah kekurangwaspadaan Sahabat dalam memisahkan dua macam kesalahan itu.
Maka mulai sekarang, camkanlah ini.
Jika Sahabat mau melakukan sesuatu, dan kemudian menemukan berbagai kemungkinan kesalahan dan blunder yang mungkin akan terjadi, jangan langsung berhenti. Uji dahulu semua itu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini:
Apakah jika kesalahan atau blunder itu terjadi, akankah:
1. Membuat Sahabat berdosa?
2. Membuat Sahabat masuk neraka?
3. Membuat Sahabat masuk penjara?
4. Mencederai moralitas dan keyakinan Sahabat?
5. Melukai orang-orang yang Sahabat cintai?
6. Merugikan khalayak?
Jika Sahabat bisa menjawab "tidak", maka segala kesalahan itu semata-mata hanya "teknis" sifatnya. Dan "kesalahan teknis" semacam ini, selalulah merupakan pembelajaran. Penting, dan bernilai untuk Sahabat. Jangan berhenti.
JANGAN BERHENTI!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar